D.
Manusia dan Cinta Kasih
Pada
dasarnya, manusia diciptakan telah memiliki sifat-sifat dasar yang
pada nantinya akan muncul sesuai dengan perkembangan fisik serta
pengaruh luar yang mempengaruhi perkembangannya. Sifat-sifat dasar
inilah yang kemudian sering kali disebut sebagai sunatullah
(segala
sesuatu yang telah ada sejak bayi lahir). Dari
sifat-sifat dasar inilah, secara naluriah bayi setelah tumbuh
seiring dengan pertumbuhan fisik, akan dapat membedakan mana yang
tepat dan mana yang tidak tepat, mana yang baik dan mana yang kurang
baik.
Dalam
membicarakan manusia dengan kasih sayang, dapat pula
dispesifikasikan menjadi beberapa kelompok, yakni kasih sayang antar
individu, kasih sayang interindividu, kasih sayang sesama, kasih
sayang keibuan, kasih sayang terhadap Tuhan dan Rasulnya. Hikmah
dari segala pengalaman cinta bahwa suatu kegiatan, bukan merupakan
pengaruh yang pasif, demikian pula bisa dikatakan bahwa salah satu
dari cinta adalah kreatifias dalam diri seseorang. Lebih tegasnya
cinta lebih terletak pada aspek memberi dan menerima.
Kasih
sayang juga merupakan sifat dasar yang dibawa ketika bayi lahir.
Kasih sayang ini dalam hubungan antara ibu dan bayinya. Bayi akan
dapat mengenal sentuhan kasih dari orang tuanya dari mengenal
sentuhan cinta ketika Ibu memberikan ASI kepada bayinya, ada contoh
nya seperti, terkadang bayi dapat merasakan ASI dari ibu kandungnya
(atau ibu yang biasa menyusuinya) dan menolak ASI yang diberikan
dari ibu lainnya.
Dalam
kehidupan sehari-hari kita bisa merasakan cinta kasih sesama dan
kasih sayang kepada masyarakat, jadi kehadiran orang lain sangat
berarti dalam kehidupan kita, membuat hidup kita lebih indah,
bahagia dan mengesankan. Manusia tidak bisa hidup tanpa manusia
lain. Untuk itu kita perlu menyeimbangkan perasaan cinta pada diri
sendiri atau egois dengan mencintai dan mengasihi orang lain,
membantu mereka yang membutuhkan.
Adapun dalam Alquran
tentang perlunya kasih sayang sesama manusia, kerjasama, persatuan
dan persaudaraan di antara mereka :
“Dan berpeganglah kami semua kepada tali ( agama ) Allah janganlah kamu bercerai berai dan ingatlah akan nikmat Allah kepad akamu ketika kamu dahulu (masa jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempertautkan antara hatimu, lalu menjadikan kami karena nikmat Allah itu orang-orang yang bersaudara...” (Q.S. Ali Imran 3: 103).
“Dan berpeganglah kami semua kepada tali ( agama ) Allah janganlah kamu bercerai berai dan ingatlah akan nikmat Allah kepad akamu ketika kamu dahulu (masa jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempertautkan antara hatimu, lalu menjadikan kami karena nikmat Allah itu orang-orang yang bersaudara...” (Q.S. Ali Imran 3: 103).
Cinta
terhadap sesama tidak ada kata cemburu atau iri hati. Seseorang yang
mencintai sesamanya, maka secara otomatis orang lain akan
mencintainya juga, cinta ini bersifat universal. Menyatakan cinta
terhadap sesama tidak harus dibuktikan dengan kata- kata kepada
semua orang bahwa ia mencintainya, tetapi dibuktikan dengan tindakan
yang nyata, serta orang lain dapat menilainya sebagai rasa cinta
disetiap langkahnya yang tidak merugikan orang lain, membuat orang
lain senang dan membuat setiap orang merasa nyaman dan aman ketika
berada disekeliling orang tersebut.
Cinta
erotis, yakni cinta yang bersifat eklusif yang mendambakan adanya
peleburan atau penyatuan antar pribadi dengan intimitas yang tinggi.
Cinta erotis mendambakan adanya dua pribadi yang cintanya melalui
tindakan-tindakan erotis yang mampu menutupi kebutuhan biologis
diantara keduanya. Cinta jenis ini terjadi apabila ada ketertarikan
secara seksual antara satu orang dengan orang lain yang telah
memiliki hubungan cinta antar individu yang mendalam. Dorongan
seksual yang tinggi merupakan bagian terpenting dalam jenis cinta
ini.
Mencintai
diri sendiri yang berarti menjaga diri untuk membawa seseorang pada
upaya yang tegar menghadapi setiap persoalan yang dihadapi dan
menyelesaikannya secara bijak. Mampu menempatkan diri pada situasi
apapun dan memperbaiki dirinya apabila ternyata dia melakukan
kesalahan yang merugikan orang lain dan masyarakat secara umum.Cinta
kepada diri sendiri tidaklah sama dengan mementingkan diri sendiri
dan tidak berarti mencintai dirinya sendiri kemudian meninggalkan
kebutuhan cinta terhadap sesama.
Selain
kepada sesama makhluk, bahwa mencintai Allah SWT merupakan kedudukan
cinta tertinggi kebaikan yang paling di dambakan karena cinta
merupakan rahmat yang membuat kita tak berdaya di hadapan-Nya dengan
segala suatu halnya yang mengharapkan penerimaan dan ridho-Nya.
Cinta seorang mukmin kepada Allah akan melebihi cintanya dengan
urusan duniawi. Atas cinta seorang manusia kepada Allah akan
membuatnya cinta kepada semua ciptaan Allah yang membangkitkan
kerinduan spirutal dan harapan kalbunya.
Cinta
kepada Allah SWT, juga diharuskan untuk cinta kepada Rasulnya.
Diturunkan nya Alquran sebagai pembenar kitab-kitab lain yang
sebelumnya adalah berkedudukan kedua setelah cinta kepada Allah.
Karena Rasulullah adalah sempurna bagi manusia. Dalam tingkah laku,
moral maupun sifat luhur lainnya. Sebagaimana dikemukakan dalam
Alquran. Orang dapat dikatakan mencintai tuhan apabila ia juga
mencintai rasulnya sebagaimana ia mencintai tuhannya. Demikian
hubungan cinta ini berjalan, saling mendukung dan saling terkait
antara yang satu dengan yang lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar