Kamis, 09 April 2015

Psikoterapi



PENDEKATAN DALAM PSIKOTERAPI
a.                   Pendekatan psikoanalisa di dalam psikoterapi
Sebagai suatu metode psikoterapi, psikologi berakar dari teori psikoanalisis Sigmund Freud, yang menekankan pentingnya ketidaksadaraan sebagai penyebab timbulnya berbagai masalah mental dan emosional. Psikoanalisis adalah terapi klasik, jangka panjang, yang bertujuan mengubah kepribadian mayor dengaan cara mengidentifikasi dan memodifikasi konflik-konflik tidak sadar dengan asosiasi bebas, menganalisis transferensi dan resistensi, serta interpretasi mimpi. Psikoterapi berorientasi psikoanalitik tujuannya serupa dengan psikoterapi suportif, yaitu menghilangkan gejala, dan serupa pula dengan psikoanalisis dalam upaya memahami secara dinamik konflik-konflik tidak sadar pasien dalam menggunakan analisis transferensi dan interpretasi mimpi.
b.      Pendekatan psikologi belajar di dalam psikoterapi
Terapi belajar berdasarkan teori belajar, yang mendalilkan bahwa problem-problem perilaku merupakan sesuatu yang didapat secara involunter, akibat pembelajar yang tidak tepat. Terapi berkonsentrasi pada perubahan perilaku (modifikasi perilaku) lebih dari pada mengubah pola pikir tidak sadar atau sadar, dan untuk mencapainya terapi bersifat directive (yaitu pasien menerima banyak instruksi dan pengarahan) beberapa teknik spesifik yang digunakan yaitu:
1.      Operant conditioning : teknik terapi ini berdasarkan pada evaluasi dan modifikasi hal-hal yang terjadi dahulu dan konsekuensi terhadap perilaku klien dengan teliti. Perilaku yang diharapkan didukung dengan penguatan positif dan dilaranf dengan penguatan negatif. Cara baru untuk merespon pasien ini dapat diajarkan kepada orang-orang yang tinggal bersama klien.
2.      Terapi aversi : klien diberikan stimulus yang tidak menyenangkan pada saat perilakunya yang tidak dikehendaki muncul. Beberapa dari cara ini secara hukum dilarang. Suatu teknik pengganti, yaitu sensitisasi tertutup, lebih bisa diterima, karena menggunakan pikiran-pikiran yang tidak menyenangkan sebagai stimulus aversif.
3.      Terapi implosif : klien dengan kecemasan yang disebakan situasi, secara langsung dihadapkan dengan situasi tersebut untuk jangka waktu tertentu atau dihadpkan di dalam imajinasi.
4.      Desensitisasi sistematik : klien dengan kecemasan atau fobia dihadapkan pada suatu hierarki yang bertahap terhadap situasi atau objek yang menakutkan, dimulai dari yang paling tidak menakutkan. Pasien akhirnya belajar untuk mengatasi objek atau situasi yang lebih menakutkan.
c.       Pendekatan psikologi humanistik di dalam psikoterapi
Pendekatan ini menekankan pada beberapa titik perhatian yaitu, perasaan (emosi pribadi dan apresiasi estetik), hubungan sosial (menganjurkan pada persahabatan dan kerjasama, serta bertanggung jawab), intelek, dan aktualisasi diri. Tokoh dalam psikologi humanistik ini adalah Abraham Maslow, Carl Rogers, dan Arthur Combs. Dalam pendekatan humanistik memusatkan perhatian pada manusia bahwa manusia “contains the potentialities for healthy and creative growth”. Dalam person centered pandangan ahli terapi klien bersifat positif, yaitu manusia memiliki potensi untuk aktualisasi diri, sehingga suasana yang nyaman dan “hadir” bersama klien perlu diciptakan. Dalam keadaan ketika klien merasakan “being accepted, being understood, being respected”, maka klien akan mampu memunculkan kemampuan mengatasi masalah perilakunya serta mampu pula mengaktualisasi dirinya.
d.      Pendekatan psikologi kognitif di dalam psikoterapi
Terapi kognitif adalah terapi yang mempergunakan pendekatan terstruktur, aktif, direktif, dan berjangka waktu singkat, untuk menghadapi berbagai hambatan dalam kepribadian. Tokoh dari terapi kognitif adalah Aaorn Beck seorang psikiater dengan latar belakang psikoanalisis dari University of Pennsylvania, dimana ia memimpin Center for Cognitive Therapy. Terapi ini didasarkan pada teori bahwa afek dan tindakan seseorang, sebagian besar ditentukan oleh bagaimana seseorang tersebut membentuk dunianya. Pikiran seseorang memberikan gambaran tentang rangkaian kejadian di dalam kesadarannya. Gejala perilaku yang berkelainan atau menyimpanng, berhubungan erat dengan isi pikiran. Terapi kognitif dipergunakan untuk mengidentifikasi, memperbaiki gejala perilaku, dan fungsi kognisi yang terhambat, yang mendasari aspek kognitifnya yang ada.

CONTOH KASUS
a.    Psikodinamik
Seseorang menderita gangguan anxietas menyeluruh (GAD) ditandai oleh perasaan cemas sering kali dengan hal-hal kecil. Ciri utama GAD adalah rasa cemas, orang dengan GAD adalah pencemasan yang kronis. Mungkin mereka mencemaskan secara berlebihan keadaan hidup mereka seperti keuangan kesejahteraan anak-anak dan hubungan sosial mereka. Ciri lain yang terkait adalah; merasa tegang, waswas, atau khawatir, mudah lelah, mempunyai kesulitan berkonsentrasi atau menemukan bahwa pikirannnya menjadi kosong, iribilitas ketegangan otot, dan adanya gangguan tidur. Seperti sulit untuk tidur .
b.    Behavioristik
seseorang  memiliki fobia pada ular, penderita fobia mengasosiasikan ular sebagai sumber kecemasan dan ketakutan karena waktu kecil dia penah melihat orang yang ketakutan terhadap ular. Dalam hal ini, penderita telah belajar bahwa “ketika saya melihat ular maka respon saya adalah perilaku ketakutan”.
c.    Humanistik
seorang anak merasa kesal dengan orang tuanya, karena memaksanya untuk mengambil kuliah jurusan akutansi, padahal andi paling membenci menghitung, karena tekanan orang tuanya andi terpaksa harus masuk kulian jurusan akutansi
d.    Kognitif
Rina gagal dalam mengikuti ujian masuk ke perguruan tinggi negeri , karena hal tersebut naufal jadi memiliki keyakinan irasional di dalam dirinya “saya gagal tes” Berarti saya sebagai orang yang mengalami kegagalan total”

TANGGAPAN MENGENAI KASUS TERSEBUT

A.    Psikodinamika
Karena memandang gangguan anxietas menyeluruh berakar dari konflik konflik yang ditekan sebagian besar psikodinamik bekerja untuk membantu klien untuk menghadapi sumber-sumber konflik yang sebenarnya. Penanganannya hampir sama dengan penanganan fobia. Satu studi tanpa control menggunakan intervensi psikodinamika yang memfokuskan pada konflik interpersonal dalam kehidupan masa lalu dan masa kini pasien dan mendorong cara yang lebih adaptif untuk berhubungan dengan orang lain pada saat ini
b.    Behavioristik
Kasus tersebut dapat menggunakan pendekatan behavioristik karena pendekatan ini lebih menekankan terhadap proses belajar. Melalui proses belajar ini klien dapat mengatasi rasa takutnya step by step. Mulai dari terapis menunjukkan gambar objek yang klien takuti dari kejauhan, hingga objek tersebut berada di depan klien
c.    Humanistik
Karena dalam pendekatan humanistik, membantu klien untuk memberikan jalan terhadap potensi yang dimiliki seseorang menemukan sendiri arahnya secara wajar dan menemukan dirinya sendiri yang nyata atau yang ideal dan mengeksplorasi emosi yang majemuk serta memberikan jalan bagi pertumbuhan dirinya yang unik.
d.    Kognitif
Dengan pendekatan kognitif, kasus tersebut bisa diatasi dengan cara merubah pola pikir klien. Karena masalah tersebut ditimbulkan dari pikiran yang salah. Dengan  menggunakan pendekatan kognitif, terapis membimbing klien agar berpikir lebih realistik dan lebih rasional.


DYAH SEKAR AYU
3 PA11
17511957