Selasa, 22 April 2014

PORTOFOLIO KE-2

I. TERAPI HUMANISTIK
  • Konsep dasar pandangan humanistik tentang kepribadian
Psikologi humanistik merupakan salah satu aliran dalam psikologi yang muncul pada tahun 1950-an, dengan akar pemikiran dari kalangan eksistensialisme yang berkembang pada abad pertengahan. Pada akhir tahun 1950-an, para ahli psikologi, seperti : Abraham Maslow, Carl Rogers dan Clark Moustakas mendirikan sebuah asosiasi profesional yang berupaya mengkaji secara khusus tentang berbagai keunikan manusia, seperti tentang : self (diri), aktualisasi diri, kesehatan, harapan, cinta, kreativitas, hakikat, individualitas dan sejenisnya. 

James Bugental (1964) mengemukakan tentang 5 dalil utama dari psikologi humanistik, yaitu:
(1) keberadaan manusia tidak dapat direduksi ke dalam komponen-komponen
(2) manusia memiliki keunikan tersendiri dalam berhubungan dengan manusia lainnya
(3) manusia memiliki kesadaran akan dirinya dalam mengadakan hubungan dengan orang lain
(4) manusia memiliki pilihan-pilihan dan dapat bertanggung jawab atas pilihan-pilihanya dan
(5) manusia memiliki kesadaran dan sengaja untuk mencari makna, nilai, dan kreativitas.

Terdapat beberapa ahli psikologi yang telah memberikan sumbangan pemikirannya terhadap perkembangan psikologi humanistik. Abraham Maslow (1950) memfokuskan kebutuhan psikologis tentang potensi-potensi yang dimiliki manusia. Hasil pemikirannya telah membantu guna memahami tentang motivasi dan aktualisasi diri seseorang, yang merupakan salah satu tujuan dalam pendidikan humanistik. Menurut Maslow, yang terpenting dalam melihat manusia adalah potensi yang dimilikinya. Humanistik lebih melihat pada sisi perkembangan kepribadian manusia daripada berfokus pada “ketidaknormalan” atau “sakit”. Pendekatan ini melihat kejadian bagaimana manusia membangun dirinya untuk melakukan hal-hal yang positif. Kemampuan bertindak positif ini yang disebut sebagai potensi manusia dan para pendidik yang beraliran humanistik biasanya memfokuskan penganjarannya pada pembangunan kemampuan positif ini.

Hasil pemikiran dari psikologi humanistik banyak dimanfaatkan untuk kepentingan konseling dan terapi, salah satunya yang sangat populer adalah dari Carl Rogers dengan client-centered therapy, yang memfokuskan pada kapasitas klien untuk dapat mengarahkan diri dan memahami perkembangan dirinya, serta menekankan pentingnya sikap tulus, saling menghargai dan tanpa prasangka dalam membantu individu mengatasi masalah-masalah kehidupannya. Rogers menyakini bahwa klien sebenarnya memiliki jawaban atas permasalahan yang dihadapinya dan tugas konselor hanya membimbing klien menemukan jawaban yang benar. Menurut Rogers, teknik-teknik asesmen dan pendapat para konselor bukanlah hal yang penting dalam melakukan treatment atau pemberian bantuan kepada klien.

  • Unsur-unsur terapi
    • Munculnya gangguan
Model humanistik kepribadian, psikopatologi, dan psikoterapi awalnya menarik sebagian besar konsep-konsep dari filsafat eksistensial, menekankan kebebasan bawaan manusia untuk memilih, bertanggung jawab atas pilihan mereka, dan hidup sangat banyak pada saat ini. Hidup sehat di sini dan sekarang menghadapkan kita dengan realitas eksistensial menjadi, kebebasan, tanggung jawab, dan pilihan, serta merenungkan eksistensi yang pada gilirannya memaksa kita untuk menghadapi kemungkinan pernah hadir ketiadaan. Pencarian makna dalam kehidupan masing-masing individu adalah tujuan utama dan aspirasi tertinggi. Pendekatan humanistik kontemporer psikoterapi berasal dari tiga sekolah pemikiran yang muncul pada 1950-an, eksistensial, Gestalt, dan klien berpusat terapi.
    • Tujuan terapi
      • Menyajikan kondisi-kondisi untuk memaksimalkan kesadaran diri dan pertumbuhan.
      • Menghapus penghambat-penghambat aktualisasi potensi pribadi. membantu klien menemukan dan menggunakan kebebasan memilih dan memperluas kesadaran diri.
      • Membantu klien agar bebas dan bertanggung jawab atas arah kehidupan sendiri.  
    •  Peran terapis 
Menurut Buhler dan Allen, para ahli psikoterapi Humanistik memiliki orientasi bersama yang mencakup hal-hal berikut :
      • Mengakui pentingnya pendekatan dari pribadi ke pribadian
      • Menyadari peran dan tanggung jawab terapis
      • Mengakui sifat timbale balik dari hubungan terapeutik.
      • Berorientasi pada pertumbuhan
      • Menekankan keharusan terapis terlibat dengan klien sebagai suatu pribadi yang menyeluruh.
      • Mengakui bahwa putusan-putusan dan pilihan-pilihan akhir terletak di tangan klien.
      • Memandang terapis sebagai model, bisa secara implicit menunjukkan kepada klien potensi bagi tindakan kreatif dan positif.
      • Mengakui kebebasan klien untuk mengungkapkan pandagan dan untuk mengembangkan tujuan-tujuan dan nilainya sendiri.
      • Bekerja ke arah mengurangi kebergantungan klien serta meningkatkan kebebasan klien.
  • Tekhnik-tekhnik terapi humanistik
Biasanya terpis eksistensial menggunakan metode yang mencakup ruang yang cukup luas, bervariasi bukan dari klien ke klien saja, tetapi juga dengan klien yang sama dalam tahap yang berbeda dari proses terapeutik. Di satu sisi, mereka menggunakan teknik seperti desentisasi (pengurangan kepekaan atas kekurangan yang diderita klien sehabis konseling), asosiasi bebas, atau restrukturisasi kognitif, dan mereka mungkin mendapatkan pemahaman dari konselor yang berorientasi lain. Tidak ada perangkat teknik yang dikhususkan atau dianggap esensial (Fischer & Fischer, 1983). Di sisi lain, beberapa orang eksistensialis mengesampingkan teknik, karena mereka lihat itu semua memberi kesan kekakuan, rutinitas, dan manipulasi.

Kedudukan teknik adalah nomor dua dalam hal menciptakan hubungan yang akan bisa membuat konselor bisa secara efektif menantang dan memahami klien. Teknik-teknik yang digunakan dalam konseling eksistensial-humanistik, yaitu :
    • Penerimaan
    • Rasa hormat
    • Memahami
    • Menentramkan
    • Memberi dorongan
    • Pertanyaan terbatas
    • Memantulkan pernyataan dan perasaan klien
    • Menunjukan sikap yang mencerminkan ikut mersakan apa yang dirasakan klien
    • Bersikap mengizinkan untuk apa saja yang bermakna.
II. Person Therapy Centered (Carl Rogers)
  • Konsep dasar pandangan Carl Rogers tentang kepribadian
Carl Rogers. Rogers (1902-1987) menjadi terkenal berkat metoda terapi yang dikembangkannya, yaitu terapi yang berpusat pada klien (client-centered therapy). Tekniknya tersebar luas di kalangan pendidikan, bimbingan, dan pekerja sosial. Rogers sangat kuat memegang asumsinya bahwa manusia itu bebas, rasional, utuh, mudah berubah, subjektif, proaktif, heterostatis, dan sukar dipahami (Alwisol, 2005 : 333).

Pendekatan Fenomenologi dari Carl Rogers konsisten menekankan pandangan bahwa tingkah laku manusia hanya dapat dipahami dari bagaimana dia memandang realita hidup secara subyektif (subyektif experience of reality). Pendekatan ini juga berpendapat bahwa manusia mempunyai kemampuan untuk menentukan nasibnya sendiri, hakekat yang terdalam dari manusia adalah sifatnya yang bertujuan, dapat dipercaya, dan mengejar kesempurnaan diri (purposive, trusthworthy, self-perfecting). Carl Rogers orang yang pertama melibatkan penelitian kepada sesi terapi (memakai tape recorder). Dengan cara itu orang mulai belajar mengenai hakekat psikoterapi dan proses beroperasinya.

Rogers lebih mementingkan dinamika dari pada struktur kepribadian. Namun demikian ada tiga komponen yang dibahas bila bicara tentang struktur kepribadian menurut Rogers, yaitu : organisme, medan fenomena, dan self.
  • Organime, mencakup : 
    • Makhluk hidup
Organisme adalah makhluk lengkap dengan fungsi fisik dan psikologisnya, tempat semua pengalaman dan segala sesuatu yang secara potensial terdapat dalam kesadar setiap saat.
    • Realitas subjektif
Organisme menanggapi dunia seperti yang diamati atau dialaminya. Realita adalah medan persepsi yang sifatnya subjektif, bukan benar-salah.
    • Holisme
Organisme adalah kesatuan sistem, sehingga perubahan pada satu bagian akan mempengaruhi bagian lain. Setiap perubahan memiliki makna pribadi atau bertujuan, yakni tujuan mengaktualisasi, mempertahankan, dan mengembangkan diri.
  • Unsur-unsur terapi
    • Munculnya gangguan
Rogers memandang kesehatan mental sebagai proses perkembangan hidup alamiah, sementara penyakit jiwa, kejahatan, dan persoalan kemanusiaan lain dipandang sebagai penyimpangan dari kecenderungan alamiah. Teori Rogers didasarkan pada suatu "daya hidup" yang disebut kecenderungan aktualisasi. Kecenderungan aktualisasi tersebut diartikan sebagai motivasi yang menyatu dalam setiap diri makhluk hidup dan bertujuan mengembangkan seluruh potensinya semaksimal mungkin. Jadi, makhluk hidup bukan hanya bertujuan bertahan hidup saja, tetapi ingin memperoleh apa yang terbaik bagi keberadaannya. Dari dorongan tunggal inilah, muncul keinginan-keinginan atau dorongan-dorongan lain yang disebutkan oleh psikolog lain, seperti kebutuhan untuk udara, air, dan makanan, kebutuhan akan rasa aman dan rasa cinta, dan sebagainya.
    • Tujuan terapi
Terapi terpusat pada klien yang dikembangkan oleh Carl R Rogers pada tahun 1942 bertujuan untuk membina kepribadian klien secara integral, berdiri sendiri, dan mempunyai kemampuan untuk memecahkan masalah sendiri. Kepribadian yang integral adalah struktur kepribadiannya tidak terpecah artinya sesuai antara gambaran diri yang ideal (ideal-self) dengan kenyataan diri sebenarnya (actual-self). Kepribadian yang berdiri sendiri atas dasar tanggung jawab dan kemampuan. Tidak bergantung pada orang lain. Sebelum menentukan pilihan tentu individu harus memahami dirinya (kekuatan dan kelemahan diri) dan kemudian keadaan diri tersebut harus ia terima.
    • Peran terapis
      • Menggunakan dirinya sendiri sebagai alat untuk mengubah diri
      • Berfungsi membangun iklim konseling yang menunjang pertumbuhan klien
      • Peran terapis ini berakar pada cara-cara keberadaannya dan sikap-sikapnya bukan pada penggunaan teknik- tekniknya yang dirancang untuk menjadikan klien dapat berbuat sesuatu
      • Membangun hubungan yang membantu dimana klien akan mengalami kebebasan yang diperlukan untuk mengekplorasi area hidupnya yang sekarang pengalaman Klien dalam proses Terapi.
  • Tekhnik  terapi
Penekanan masalah ini adalah dalam hal filosofis dan sikap konselor ketimbang teknik, dan mengutamakan hubungan konseling ketimbang perkataan dan perbuatan konselor. Implementasi teknik konseling didasari oleh paham filsafat dan sikap konselor tersebut. Karena itu teknik konseling Rogers berkisar antara lain pada cara-cara penerimaan pernyataan dan komunikasi, menghargai orang lain dan memahaminya (klien). Karena itu dalam teknik digunakan sifat-sifat konselor berikut :
    • Acceptance artinya konselor menerima klien sebagaimana adanya dengan segala masalahnya. Jadi sikap konselor adalah menerima secara netral. 
    • Congruence artinya karakteristik konselor adalah terpadu, sesuai kata dengan perbuatan dan konsisten. 
    • Understanding artinya konselor harus dapat secara akurat dan memahami secara empati dunia klien sebagaimana dilihat dari dalam diri klien itu.
    • Nonjudgemental artinya tidak member penilaian terhadap klien, akan tetapi konselor selalu objektif.
III. Logotherapy (Frankl)
  • Konsep dasar pandangan Frankl tentang kepribadian
Frankl adalah seorang psikiater yang pernah mengalami masa-masa sulit dalam sebuah pengasingan, hingga akhir ia menemukan sebuah arti dalam kehidupannya. Prinsipnya adalah bagaimana kita dapat menerima dan menemukan arti dari sebuah situasi yang kita tidak mungkin dapat mengubahnya. Karya Frankl tentang pentingnya kemauan akan arti untuk eksistensi manusia, suatu sistem yang dinamakan logotherapy.

Logotherapi berbicara tentang arti dari eksistensi manusia dan kebutuhan manusia akan arti, juga teknik-teknik terapeutis khusus untuk menemukan arti dalam kehidupan. Awalnya logotherapy adalah suatu metode psikoterapi untuk menangani orang-orang yang kehidupannya kehilangan arti. Logotherapy lebih merupakan teknik daripada teori. Teori tentang kodrat manusia, dibangun dalam tiga tiang yaitu :
    • Kebebasan kemauan
    • Kemauan akan arti, dan
    • Arti kehidupan.
Frankl belajar bahwa manusia dapat kehilangan segala sesuatu yang dihargainya kecuali kebebasan manusia yang sangat fundamental yaitu kebebasan untuk memilih suatu sikap atau cara bereaksi terhadap nasib kita, kebebasan untuk memlilih cara kita sendiri. Frankl percaya bahwa arti dapat ditemukan dalam semua situasi, termasuk penderitaan dan kematian. Frankl berasumsi bahwa hidup ini adalah penderitaan, tetapi untuk menemukan sebuah arti dalam penderitaan maka kita harus terus menjalani dan bertahan untuk tetap hidup. 

Frankl menyatakan pentingnya dorongan dalam mencari sebuah arti untuk eksistensi manusia sebagai suatu sistem, yang kemudian disebut logoterapy. Logoterapy kemudian menjadi model psikoterapinya.
Menurut Frankl, keadaan dimana seorang individu kekurangan arti dalam kehidupan disebut sebagai kondisi noőgenic neurosis. Inilah keadaan yang bercirikan tanpa arti, tanpa maksud, tanpa tujuan dan hampa. Menurut Frankl, individu semacam ini berada dalam kekosongan eksistensial (existential vacuum), suatu kondisi yang menurut keyakinan Frankl adalah lumrah dalam zaman modern.
  • Unsur-unsur terapi
    • Munculnya gangguan
Logoterapi menggunakan teknik tertentu untuk mengatasi phobia (rasa takut yang berlebihan), kegelisahan, obsesi tak terkendali dari pemakai obat-obatan terlarang. Selain itu juga termasuk untuk mengatasi kenakalan remaja, konsultasi terhadap masalah memilih pekerjaan dan membantu semua masalah dalam kehidupan.Jika dikaitkan dengan konseling maka Konseling logoterapi suatupendekatan yang digunakan untuk membantu individu mengatasi masalah ketidakjelasan makna dan tujuan hidup, yang sering menimbulkan kehampaan dan hilangnya gairah hidup. Konseling logoterapi berorientasi pada masa depan (future oriented) dan berorientasi pada makna hidup (meaning oriented). 
    • Tujuan terapi
Terapi Logo (Logo Therapy) bertujuan agar dalam masalah yang dihadapi klien dia bisa menemukan makna dari penderitaan dan kehidupan serta cinta. Dengan penemuan itu klien akan dapat membantu dirinya sehingga bebas dari masalah tersebut.
    • Peran terapis
Menurut Semiun (2006) terdapat beberapa peranan terapis:
      • Menjaga hubungan yang akrab dan pemisahan ilmiah. 
      • Mengendalikan filsafat pribadi 
      • Terapis bukan guru atau pengkhotbah 
      • Memberi makna lagi pada hidup 
      • Memberi makna lagi pada penderitaan 
      • Menekankan makna kerja 
      • Menekankan makna cinta
  • Tekhnik-tekhnik terapis
    • Paradoxical Intention  (pembalikan keinginan)
Teknik  paradoxical intention  pada dasarnya memanfaatkan kemampuan mengambil jarak (self detachment) dan kemampuan mengambil sikap terhadap kondisi diri sendiri (biologis dan psikologis) dan lingkungan. 
    • De-reflection  (meniadakan perenungan)  
Derefleksi memanfaatkan kemampuan transendensi diri (self-transcendence) yang ada pada setiap manusia dewasa. Artinya kemampuan untuk membebaskan diri dan tak memperhatikan lagi kondisi yang tak nyaman untuk kemudian lebih mencurahkan perhatian kepada hal-hal lain yang positif dan bermanfaat.
    • Bimbingan Rohani
Bimbingan rohani kirannya bisa dilihat sebagai ciri paling menonjol dari logoterapi sebagai psikoterapi berwawasan spiritual. Sebab bimbingan rohani merupakan metode yang secara eksklusif diarahkan pada unsur rohani atau roh, dengan sasaran pemenuhan makna oleh individu atau pasien melalui realisasi nilai-nilai terakhir yang bisa ditemuinya, nilai-nilai bersikap. Jelasnya bimbingan rohani merupakan metode yang khusus digunakan pada penanganan kasus dimana individu dalam penderitaan karena penyakit yang tidak bisa disembuhkan atau nasib buruk yang tidak bisa diubahnya, tidak lagi mampu berbuat selain menghadapi dengan cara mengembangkan sikap yang tepat dan positif terhadap penderitaan itu. 
    • Ekstensial Analisis 
Terapi eksistensial bertujuan agar klien mengalami keberadaannya secara otentik dengan menjadi sadar atas keberadaan dan potensi-potensi serta sadar bahwa ia dapat membuka diri dan bertindak berdasarkan kemampuannya. Dalam analisis eksistensial, psikolog tidak mengarahkan, membimbing, atau menilai klien berdasarkan praduga-praduga. Tugas psikolog hanyalah membantu klien menjadi dirinya yang otentik.     




DYAH SEKAR AYU
3PA09
17511957