1. Pengertian Motivasi
Motivasi merupakan kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Menurut M. Utsman Najati (1997), motivasi adalah kekuatan penggerak yang membangkitkan aktivitas pada mahluk hidup dan menimbulkan tingkah laku serta mengarahkannya menuju tujuan itu. Sedangkan Maslow (1994) berpendapat motivasi adalah tenaga pendorong dalam diri manusia yang menyebabkan manusia berbuat sesuatu atau berusaha untuk memenuhi kebutuhannya. Serta menurut Morgan (1995) motivasi adalah tenaga pendorong atau penarik yang menyebabkan adanya tingkah laku ke arah suatu tujuan tertentu.
Motivasi dibedakan atas dua macam yaitu :
- Motivasi Instrinsik yaitu motivasi yang ditimbulkan dari dalam diri
individu, tanpa ada rangsangan atau bantuan orang lain tetapi atas dasar kemauan sendiri.
- Motivasi Ekstrinsik yaitu motivasi yang timbul akibat rangsangan dari luar diri individu. Apakah karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain
sehingga dengan keadaan demikian siswa mau melakukan sesuatu atau
belajar.
2. Teori-teori Motivasi
- Teori Drive Reinforcement
Teori ini
didasarkan atas hubungan sebab dan akibat dari perilaku dengan pemberian
konpensasi. Misalnya promosi seorang karyawan itu tergantung dari prestasi yang
selalu dapat dipertahankan. Sifat ketergantungan tersebut bertautan dengan
hubungan antara perilaku dan kejadian yang mengikuti perilaku tersebut. Teori penguatan ini terdiri dari dua jenis, yaitu :
- Penguatan Positif (Positive Reinforcement) yaitu
bertambahnya frekuensi perilaku, terjadi jika penguatan positif diterapkan secara bersyarat.
- Penguatan Negatif (Negative Reinforcement), yaitu
bertambahnya frekuensi perilaku, terjadi jika penguatan negatif dihilangkan secara bersyarat.
Teori ”drive” bisa diuraikan sebagai teori-teori dorongan tentang
motivasi, perilaku didorong ke arah tujuan oleh keadaan-keadaan yang
mendorong dalam diri seseorang atau binatang. Contohnya., Freud (
1940-1949 ) berdasarkan ide-idenya tentang kepribadian pada bawaan,
dalam kelahiran, dorongan seksual dan agresif, atau drive (teorinya akan
diterangkan secara lebih detail dalam bab kepribadian). Secara umum ,
teori-teori drive mengatakan hal-hal berikut : ketika suatu keadaan
dorongan internal muncul, individu di dorong untuk mengaturnya dalam
perilaku yang akan mengarah ke tujuan yang mengurangi intensitas keadaan
yang mendorong. Pada manusia dapat mencapai tujuan yang memadai yang
mengurangi keadaan dorongan apabila dapat menyenangkan dan memuaskan.
Jadi motivasi dapat dikatakan terdiri dari:
- Suatu keadaan yang mendorong
- Perilaku yang mengarah ke tujuan yang diilhami oleh keadaan terdorong
- Pencapaian tujuan yang memadai
- Pengurangan dan kepusaan subjektif dan kelegaan ke tingkat tujuan yang tercapai
Setelah
keadaan itu, keadaan terdorong akan muncul lagi untuk mendorong
perilaku ke arah tujuan yang sesuai. Pengulangan kejadian yang baru saja
diuraikan seringkali disebut lingkaran korelasi. Teori-teori Drive
berbeda dalam sumber dari keadaan terdorong yang memaksa manusia atau
binatang bertindak. Be berapa teori, termasuk teori Freud, dipahami oleh
keadaan terdorong sejak belum lahir, atau instingtif. Tentang perilaku
binatang, khususnya ahli ethologi telah mengusulkan suatu penjelasan
suatu mekanisme dorongan sejak kelahiran (tinbergen, lorenz, dan
leyhausen dalam morgan, dkk. 1986). Teori-teori drive yang lain telah
mengembangkan peran belajar dalam keaslian keadaan terdorong. Contohnya,
dorongan yang di pelajari (learned drives), seperti mereka sebut,
keaslian dalam latihan seseorang atau binatang atau pengalaman masa lalu
dan yang berbeda dari satu individu ke individu yang lain. Karena
penggunaan minuman keras sebelumnya, ketagihan heroin, contohnya
mengembangkan suatu dorongan untuk mendapatkan hal tersebut, dan karena
itu mendorong ke arah itu. Dan dalam realisasi motif sosial, orang telah
belajar dorongan untuk kekuasaan, agresi atau prestasi. Keadaan
terdorong yang dipelajari menjadi ciri abadi dari orag tertentu dan
mendorong orang itu ke arah tujuan yang memadai, orang lain mungkin
belajar motif sosial yang lain dan didorong ke arah tujuan yang berbeda.
Dalam teori Pengukuhan (Reinforcement Theory), Teori ini mempunyai dua aturan
pokok : aturan pokok yang berhubungan dengan perolehan jawaban-jawaban
yang benar dan aturan pokok lain yang berhubungan dengan penghilangan
jawaban-jawaban yang salah. Pengukuran dapat terjadi positif (pemberian
ganjaran untuk satu jawaban yang didinginkan ) atau negatif (
menghilangkan satu rangsang aversif jika jawaban yang didinginkan telah
diberikan ), tetapi organisme harus membuat antara akasi atau
tindakannya dengan sebab akibat.
Siegel dan Lane (1982), mengutip
Jablonke dan De Vries tentang bagaimana manajemen dapat meningkatakan
motivasi tenaga kerja., yaitu dengan:
- Menentukan apa jawaban yang diinginkan
- Mengkomunikasikan dengan jelas perilaku ini kepada tenaga kerja.
- Mengkomunikasikan dengan jelas ganjaran apa yang akan diterima. Tenaga kerja jika jawaban yang benar terjadi
- Memberikan ganjaran hanya jika jika jawaban yang benar dilaksanakan.
- Memberikan ganjaran kepada jawaban yang diinginkan, yang terdekat dengan kejadiannya.
Contoh teori drive-reinforcement: seorang karyawan butik bisa menyelesaikan lebih dari 2 potong pakaian kebaya dalam sehari yang akan dijual, kemudian bosnya memberi ia bonus. Karena itu,
karyawan tersebut lebih rajin bekerja.
Teori ini
termasuk ke dalam teori-teori kesadaran.
Teori ini menunjukkan pendekatan kognitif terhadap motivasi kerja, yang
menekankan kepada kemampuan individu dalam pemrosesan informasi. Kekuatan
motivasi yang mendasarinya bukanlah sebuah kebutuhan. Pekerja diasumsikan
melakukan penilaian rasional terhadap situasi kerjanya dengan mengumpulkan
informasi untuk diolah, kemudian membuat keputusan yang optimal. Kebutuhan hanya digunakan
untuk membantu dalam memahami bagaimana pekerja membuat pilihan berdasarkan
pada keyakinan persepsi dan nilai-nilai mereka.
Teori
pengharapan berargumen bahwa kekuatan dari suatu kecenderungan untuk bertindak
dengan suatu cara tertentu bergantung pada kekuatan dari suatu pengharapan
bahwa tindakan itu akan diikuti oleh suatu keluaran tertentu, dan pada daya
tarik dari keluaran tersebut bagi individu tersebut. Maksudnya teori harapan berkata bahwa jika seseorang
menginginkan sesuatu dan harapan untuk memperoleh sesuatu itu cukup besar, yang
bersangkutan akan sangat terdorong untuk memperoleh hal yang diinginkannya itu.
Sebaliknya, jika harapan memperoleh hal yang diinginkannya itu tipis,
motivasinya untuk berupaya akan menjadi rendah.
Dalam
istilah yang lebih praktis, teori pengharapan, mengatakan seseorang karyawan
dimotivasi untuk menjalankan tingkat upaya yang tinggi bila ia menyakini upaya
akan menghantar ke suatu penilaian kinerja yang baik (Victor Vroom dalam Robbin
2003:229). Teori ini dikemukakan oleh Victor H. Vroom yang menyatakan bahwa kekuatan yang
memotivasi seseorang untuk bekerja giat dalam mengerjakan pekerjaannya tergantung
dari hubungan timbal balik antara apa yang diinginkan dan dibutuhkan dari hasil
pekerjaan itu.
Teori harapan
ini didasarkan atas :
- Harapan (Expectancy), adalah suatu kesempatan yang diberikan akan terjadi
karena perilaku.
- Nilai (Valence)
adalah akibat dari perilaku tertentu mempunyai nilai/martabat tertentu
(daya/nilai motivasi) bagi setiap individu yang bersangkutan. Pertautan (Instrumentality) adalah persepsi dari individu bahwa hasil tingkat
pertama akan dihubungkan dengan hasil tingkat kedua. Contoh Kasus: Seorang karyawan pada bagian/divisi
penjualan berupaya meraih target penjualan tertentu untuk mendapatkan bonus
berupa liburan ke luar negeri. Dalam teori harapan, karyawan tersebut berusaha
mendapatkan kesempatan untuk memenuhi target karena ingin pergi ke luar negeri.
Contoh teori harapan : seorang karyawan berharap ingin memiliki mobil yang bagus maka ia bekerja lebih giat lagi agar keinginanya tercapai.
Teori penentuan tujuan adalah teori yang mengemukakan bahwa niat untuk
mencapai tujuan merupakan sumber motivasi kerja yang utama, artinya tujuan memberitahu seorang karyawan apa yang harus dilakukan dan berapa banyak usaha yang harus dikeluarkan. Teori ini menyatakan bahwa mencapai tujuan adalah sebuah motivator. Hampir setiap orang
menyukai kepuasan kerja karena mencapai sebuah tujuan spesifik. Saat seseorang
menentukan tujuan yang jelas, kinerja biasanya meningkat sebab:
-
Ia akan berorientasi pada hal-hal yang diperlukan.
- Ia akan berusaha keras mencapai tujuan tersebut.
- Tugas tugas sebisa mungkin akan diselesaikan.
- Semua jalan untuk mencapai tujuan pasti ditempuh.
Teori ini
mengatakan bahwa kita akan bergerak jika kita memiliki tujuan yang jelas dan
pasti. Dari teori ini muncul bahwa seseorang akan memiliki motivasi yang tinggi
jika dia memiliki tujuan yang jelas. Sehingga munculah apa yang disebut dengan Goal Setting (penetapan tujuan). Penetapan
tujuan juga dapat ditemukan dalam teori motivasi harapan. Individu menetapkan
sasaran pribadi yang ingin dicapai. Sasaran-sasaran pribadi memiliki nilai
kepentingan pribadi (valence) yang
berbeda-beda. Proses
penetapan tujuan (goal setting) dapat
dilakukan berdasarkan prakarsa sendiri, diwajibkan oleh organisasi sebagai satu kebijakan perusahaan. Bila didasarkan oleh prakarsa
sendiri dapat disimpulkan bahwa motivasi kerja individu bercorak proaktif dan
ia akan memiliki keterikatan (commitment)
besar untuk berusaha mencapai tujuan-tujuan yang telah ia tetapkan. Bila
seorang tenaga kerja memiliki motivasi kerja yang lebih bercorak reaktif, pada
saat ia diberi tugas untuk menetapkan sasaran-sasaran kerjanya untuk kurun
waktu tertentu dapat terjadi bahwa keterikatan terhadap usaha mencapai tujuan
tersebut tidak terlalu besar.
Edwin
Locke mengemukakan bahwa dalam penetapan tujuan memiliki empat macam mekanisme
motivasional yakni:
- tujuan-tujuan mengarahkan perhatian
- tujuan-tujuan
mengatur upaya
- tujuan-tujuan meningkatkan persistensi, dan
- tujuan-tujuan menunjang strategi-strategi dan rencana-rencana kegiatan.
Contoh teori tujuan : pak Amin memiliki tujuan untuk naik jabatannya dalam perusahaan ditempat ia bekerja, maka dari itu ia menjadikannya motivasi untuk meningkatkan kualitas pekerjaannya.
- Teori Hirarki Kebutuhan Maslow
Abraham Maslow (1943;1970)
mengemukakan bahwa pada dasarnya semua manusia memiliki kebutuhan pokok. Ia
menunjukkannya dalam 5 tingkatan yang berbentuk piramid, orang memulai dorongan
dari tingkatan terbawah. Lima tingkat kebutuhan itu dikenal dengan sebutan
Hirarki Kebutuhan Maslow, dimulai dari kebutuhan biologis dasar sampai motif
psikologis yang lebih kompleks, yang hanya akan penting setelah kebutuhan dasar
terpenuhi. Kebutuhan pada suatu peringkat paling tidak harus terpenuhi sebagian
sebelum kebutuhan pada peringkat berikutnya menjadi penentu tindakan yang
penting. Hierarki kebutuhan Maslow yaitu sebagai
berikut :
-
Kebutuhan
fisiologis (rasa lapar, rasa haus, dan sebagainya).
- Kebutuhan
rasa aman (merasa aman dan terlindung, jauh dari bahaya).
- Kebutuhan
akan rasa cinta dan rasa memiliki (berafiliasi dengan orang lain, diterima,
memiliki).
- Kebutuhan
aktualisasi diri (kebutuhan kognitif: mengetahui, memahami, dan menjelajahi;
kebutuhan estetik: keserasian, keteraturan, dan keindahan; kebutuhan
aktualisasi diri: mendapatkan kepuasan diri dan menyadari potensinya).
Kebutuhan-kebutuhan
yang disebut pertama (fisiologis) dan kedua (keamanan) kadang-kadang
diklasifikasikan dengan cara lain, misalnya dengan menggolongkannya sebagai
kebutuhan primer, sedangkan yang lainnya dikenal pula dengan klasifikasi
kebutuhan sekunder. Terlepas dari cara membuat klasifikasi kebutuhan manusia
itu, yang jelas adalah bahwa sifat, jenis dan intensitas kebutuhan manusia
berbeda satu orang dengan yang lainnya karena manusia merupakan individu yang
unik. Juga jelas bahwa kebutuhan manusia itu tidak hanya bersifat materi, akan
tetapi bersifat pskologikal, mental, intelektual dan bahkan juga spiritual.
Bila makanan dan rasa aman sulit
diperoleh, pemenuhan kebutuhan tersebut akan mendominasi tindakan seseorang dan
motif-motif yang lebih tinggi akan menjadi kurang signifikan. Orang hanya akan
mempunyai waktu dan energi untuk menekuni minat estetika dan intelektual, jika
kebutuhan dasarnya sudah dapat dipenuhi dengan mudah. Karya seni dan karya
ilmiah tidak akan tumbuh subur dalam masyarakat yang anggotanya masih harus
bersusah payah mencari makan, perlindungan, dan rasa aman.
Contoh teori kebutuhan Maslow: bu Rina adalah seorang karyawan disuatu perusahaan, demi memenuhi kebutuhan primernya yang berupa
makanan, minuman, pakaian, dan tempat tinggal ia harus bekerja keras.
Kisah Motivasi Nyata: Kerja Keras Tak Pernah Sia-Sia
Gooding Jr. dikenal sebagai aktor yang memiliki karakter
kuat. Sejumlah filmnya laris di pasaran dan mendapat berbagai
penghargaan. Selain Jerry Maguire di mana ia bermain dengan Tom Cruise,
Gooding juga main bagus dalam film A View Good Men (film peraih 4 Oscar)
bersama Cruise, Demi Moore, dan Jack Nicholson, di As Good as It
Gets (2 Oscar) bersama Jack Nicholson, Men of Honor bersama Robert de
Niro di mana ia dinominasikan meraih Oscar keduanya, dan sejumlah film
lain.
Gooding lahir di New York pada 2 Januari 1968. Keluarganya pindah
ke Los Angeles saat Gooding berusia empat tahun. Di kota ini grup band
ayahnya meraih kesuksesan dengan single lagunya yang populer, Everybody
Plays the Fool. Tetapi sukses itu berujung buruk karena sang ayah
meninggalkan mereka.
Dengan orangtua tinggal separuh, sekolah Gooding jadi berantakan.
Ia berkali-kali pindah sekolah. Meski begitu, saat duduk di bangku SMA
ia mulai mengembangkan bakat seninya dengan ikut kegiatan drama sekolah.
Selain drama ia juga ikut kegiatan ekstra kulikuler cross
country dan juga break dance. Kemampuannya bermain break
dance tertangkap pemandu bakat Hollywood yang kemudian mengajaknya main
sebagai pembuka pertunjukan penyanyi Lionel Richie dan Paula Abdul pada
tahun 1984. Berkat break dance juga ia tampil sebagai penari pada
pembukaan Olimpiade Los Angeles 1984.
Meski seni peran ia tekuni dengan baik, selepas SMA ia malah
berlatih beladiri Jepang. Saat itu prospeknya di dunia akting belum ia
dapatkan. Namun usaha kerasnya akhirnya membawa hasil. Pada tahun 1986
ia mendapat peran pertama di serial televisi Hill Street Blues meski
hanya dua episode. Setelah itu ia berperan kecil dalam beberapa serial
televisi lain, termasuk salah satunya serial McGyver yang terkenal itu.
Ia mulai main di layar lebar tahun 1988 melalui film Coming to
America. Ia berperan menjadi figuran seorang anak yang tengah dicukur.
Lama kelamaan perannya makin besar sampai main cukup panjang di
film Boyz n the Hood (1991). Film ini masuk nominasi peraih Oscar untuk
sutradara terbaik dan skenario terbaik dan Gooding ikut menjadi sorotan
karena berperan baik sebagai Tré Styles. Dari sinilah kebintangannya
mulai kelihatan. Sejak itu ia mendapat berbagai tawaran untuk main
dengan sejumlah bintang film besar.
Sukses memang sudah ia raih saat ini. Namun waktu krusialnya, menurut Gooding, saat di SMA. Ia
begitu serius belajar drama tak peduli apa halangannya. “Waktu terberat
adalah saat SMA, (saat itu) saya tak punya pekerjaan dan selalu
kesulitan. Saya pergi untuk audisi baik naik bis atau jalan kaki (karena
tak punya uang),” katanya. Terbukti kerja keras tak pernah sia-sia.
Analisis kasus:
Cerita tersebut menunjukkan bagaimana sebuah tujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan hidup, menjadi motivasi besar bagi seseorang hingga akhirnya ia
sukses di dunia akting. Kasus di atas dapat dijelaskan dengan teori tujuan,
dimana mencapai
tujuan adalah sebuah motivator yang terbukti kerja keras tak pernah sia-sia. Saat seseorang
menentukan tujuan yang jelas, kinerja biasanya meningkat sebab:
- Ia akan berorientasi pada hal-hal yang diperlukan.
- Ia akan berusaha keras mencapai tujuan tersebut.
- Tugas tugas sebisa mungkin akan diselesaikan.
- Semua jalan untuk mencapai tujuan pasti ditempuh.
sumber :
Najati, M. Usmani. 1997. Alquran dan Ilmu Jiwa. Pustaka : Bandung
Maslow, Abraham H. 1994. Motivasi dan Kepribadian : Teori Dengan Pendekatan Hierarkhi Kebutuhan Manusia. Pressindo, Jakarta
Morgan, Clifford T. 1995. A brief introduction to psychology. Tata Mc Grow Hill, New Delhi
Locke, E. A. Toward a Theory of Task Motivation and Incentive, Organizational Behavior and Human Performance, 1968, hal. 157-159
Early. "Task Planning and Energy Expended: Exploration of How Goals Influence Performance", Jurnal Psikologi, 1987. hal. 107-114
DYAH SEKAR AYU
17511957
3PA09