I. PENGANTAR
1. Pengertian Psikoterapi
Psikoterapi
(psychotherapy) adalah pengobatan alam pikiran, atau lebih tepatnya,
pengobatan dan perawatan gangguan psikis melalui metode psikologis. Menurut
Wohlberg, psikoterapi adalah pengobatan dengan cara psikologis dari masalah
yang bersifat emosional di mana seseorang terlatih sengaja membangun hubungan
profesional dengan pasien. Menurut Carl Gustav Jung sebagai mana dikutip dalam Nuansa-nuansa
Psikologi Islam, menyatakan bahwa pengertian psikoterapi telah melampaui
asal-usul medisnya dan tidak lagi merupakan suatu metode perawatan orang sakit.
Psikoterapi kini digunakan untuk orang yang sehat atau pada mereka yang
mempunyai hak atas kesehatan psikis yang penderitaannya menyiksa kita semua.
2. Tujuan Psikoterapi (Korchin)
· Memperkuat motivasi klien untuk
melakukan hal yang benar
· Mengurangi tekanan emosional
· Mengembangkan potensi klien
· Mengubah kebiasaan
· Memodifikasi struktur kognisi
· Memperoleh pengetahuan tentang
diri
· Mengembangkan kemampuan
berkomunikasi & hubungan interpersonal
· Meningkatkan kemampuan
mengambil keputusan
· Mengubah kondisi fisik
· Mengubah kesadaran diri
· Mengubah lingkungan sosial
Selain
itu psikoterapi juga bertujuan untuk membantu individu dalam mengatasi gangguan
emosional dengan cara memodifikasi perilaku, pikiran, dan emosinya seperti
halnya proses reedukasi (pendidikan kembali), sehingga individu tersebut mampu
mengembangkan dirinya dalam mengatasi masalah psikisnya.
3. Unsur-unsur Psikoterapi
a. Filosofis : Visi tentang kehidupan
yang baik, orang yang baik, masyarakat yang baik. Agar dapat memahami bahwa
nilai-nilai yang secara khusus membentuk sebuah konsep kesehatan mental, visi
dari kehidupan dan masyarakat yang baik haruslah bisa diuji. Seorang klien
dapat ditanya apakah dia yakin terhadap gagasan liberal, individualisme dan
determinasi diri atau mereka cenderung menjunjung tinggi tradisi masyarakat dan
perspektif kolektif. Seorang klien bisa jadi percaya bahwa “orang yang baik”
tidak boleh menentang terapis yaitu seorang “pakar”, sehingga dia tidak
akan mau menyatakan bahwa bahwa terapi tersebut tidak ada berguna baginya. Pada
budaya yang memandang suatu gangguan jiwa dengan stigma tinggi, “orang yang
baik” mestinya tidaklah mencari bantuan kepada orang lain, apalagi ke rumah
sakit. Suatu “keluarga yang baik” bisa jadi keluarga dimana masalah-masalah
tidak didiskusikan secara terbuka, apalagi dengan orang lain, dan sudah tentu,
dengan orang asing, misalnya terapis.
b. Kontekstual : Persoalan-persoalan yang
terjadi di daerah dimana masyarakat tertentu menetap/ tinggal. Keterlibatan
ilmuwan social semakin tinggi apabila mereka berusaha untuk memahami kondisi
sscial ekonomi, budaya dan politik dari suatu masyarakat dan bagaimana
faktor-faktor tersebut dapat mempengaruhi kesehatan jiwa mereka.
c. Norma Sosial dan Budaya : Pada suatu
waktu, masalah-masalah sosial hanya ditangani pada tingkat individu saja, dan
tidak melibatkan masyarakat. Bantuan ditawarkan pada orang-orang yang mengalami
penganiayaan atau kekerasan dalam bentuk terapi individu. Namun saat ini
masalah sosial mulai ditangani dalam tingkat masyarakat. Contoh intervensi
tingkat masyarakat misalnya intervensi komunitas untuk pencegahan kekerasan.
4. Perbedaan Konseling dengan Psikoterapi :
Konseling ditandai dengan adanya terminologi seperti :
· Educational : Pendidikan
· Vocational : Kejuruan
· Supportive : Yang mendukung
· Situational : Situasi
· Problem Solving : Pemecahan
masalah
· Conscious : Sadar
· Awareness : Kesadaran
· Normal : Normal / biasa
· Present Time : Masa Kini
· Short Term : Waktu Singkat
Psikoterapi ditandai dengan adanya :
· Supportive (dalam keadaan krisis) :
Yang mendukung
· Reconstructive : Rekonstruksi
· Dept Emphasis : Penekanan
· Analytical : Analitis
· Focus On The Past : Fokus pada masa
lalu
· Neurotics : Neurotik
· Other Severe Emotional Problem and
Long Term : Masalah emosional yang berat dan jangka panjang lainnya.
Menurut
Pallone (1977) dan Patterson (1973) yang dikutip oleh Thompson & Rudolph
(1983) perbedaan konseling dan psikoterapi sebagai berikut :
a. Konseling untuk
· Klien
· Gangguan yang kurang serius
· Masalah: jabatan, pendidikan
· Berhubungan dengan pencegahan
· Lingkungan pendidikan dan
nonmedis
· Berhubungan dengan kesadaran
· Metode pendidikan
b. Psikoterapi untuk
· Pasien
· Gangguan yang serius
· Masalah kepribadian dan
pengambilan keputusan
· Berhubungan dengan penyembuhan
· Lingkungan medis
· Berhubungan dengan
ketidaksadaran
· Metode penyembuhan
5. Pendekatan terhadap mental ILNES :
Menurut
J.P. Chaplin ada beberapa pendekatan psikoterapi terhadap mental
illness, yaitu :
a. Biological
Meliputi
keadaan mental organik, penyakit afektif, psikosis dan penyalahgunaan zat.
Menurut Dr. John Grey, Psikiater Amerika (1854) pendekatan ini lebih manusiawi.
Pendapat yang berkembang waktu itu adalah penyakit mental disebabkan karena
kurangnya insulin.
b. Psychological
Meliputi
suatu peristiwa pencetus dan efeknya terhadap perfungsian yang buruk,
sekuel pasca-traumatic, kesedihan yang tak terselesaikan, krisis perkembangan,
gangguan pikiran dan respon emosional penuh stres yang ditimbulkan. Selain itu
pendekatan ini juga meliputi pengaruh sosial, ketidakmampuan individu
berinteraksi dengan lingkungan dan hambatan pertumbuhan sepanjang hidup
individu.
c. Sosiological
Meliputi
kesukaran pada sistem dukungan sosial, makna sosial atau budaya dari gejala dan
masalah keluarga. Dalam pendekatan ini harus mempertimbangkan pengaruh
proses-proses sosialisasi yang berlatarbelakangkan kondisi sosio-budaya
tertentu.
d. Philosopic
Kepercayaan
terhadap martabat dan harga diri seseorang dan kebebasan diri seseorang untuk
menentukan nilai dan keinginannya. Dalam pendekatan ini dasar falsafahnya tetap
ada, yakni menghagai sistem nilai yang dimiliki oleh klien, sehingga tidak ada
istilah keharusan atau pemaksaan.
6. Bentuk Utama Terapi :
a. Terapi Supportive
· Mendukung funksi-funksi ego,
atau memperkuat mekanisme defensi yang ada
· Memperluas mekanisme pengendalian yang dimiliki dengan yang baru dan lebih baik.
· Memperluas mekanisme pengendalian yang dimiliki dengan yang baru dan lebih baik.
· Perbaikan ke suatu keadaan
keseimbangan yang lebih adaptif.
b. Terapi Reducative
Mengubah
pola perilaku dengan meniadakan kebiasaan (habits) tertentu dan membentuk
kebiasaan yang lebih menguntungkan. Cara atau pendekatan: Terapi perilaku,
terapi kelompok, terapi keluarga, psikodrama, dll.
c. Terapi Reconstructive
Dicapainya
tilikan (insight) akan konflik-konflik nirsadar, dengan usaha untuk
mencapai perubahan luas struktur kepribadian seseorang.
II. Terapi Psikoanalisis
(Sigmund Freud)
1. Konsep dasar Teori Psikoanalisis tentang
Kepribadian
a. Kesadaran
· Mimpi-mimpi : merupakan
representative simbolik dari kebutuhan, hasrat konflik
· Salah ucap / lupa : terhadap nama yg
dikenal
· Sugesti pascahipnotik
· Bahan-bahan yang berasal dari teknik
asosiasi bebas
· Bahan-bahan yang berasal dari teknik proyektif
b. Struktur Kepribadian
· Id
Id
berisikan motifasi dan energy positif dasar, yang sering disebut insting atau
stimulus. Id berorientasi pada prinsip kesenangan (pleasure principle) atau
prinsip reduksi ketegangan, yang merupak sumber dari dorongan-dorongan biologis
(makan, minum, tidur, dll).
· Ego
Peran
utama dari ego adalah sebagai mediator (perantara) atau yang menjembatani
anatar id dengan kondisi lingkungan atau dunia luar dan berorintasi pada
prinsip realita (reality principle). Dalam mencapai kepuasan ego berdasar pada
proses sekunder yaitu berfikir realistic dan berfikir rasional.
· Super Ego
Super
ego merupakan cabang dari moril atau keadilan dari kepridadian, yang mewakili
alam ideal daripada alam nyata serta menuju kearah yang sempurna yang merupakan
komponen kepribadian terkait dengan standar atau norma masyarakat mengenai baik
dan buruk, benar dan salah.
c. Mekanisme Pertahanan Ego
Mekanisme
pertahanan ego merupakan proses mental yang bertujuan untuk mengurangi
kecemasan dan dilakukan melalui dua karakteristik khusus yaitu :
· Tidak disadari
· Menolak, memalsukan atau
mendistorsi (mengubah) kenyataan.
Pertahanan
ini dapat juga diartikan sebagai reaksi-reaksi yang tidak disadari dalam upaya
melindungi diri dari emosi atau perasaan yang menyakitkan seperti cemas dan
perasaan bersalah. Ego berusaha sekuat mungkin menjaga kestabilan hubungannya
dengan realitas, id dan superego. Namun kecemasan begitu menguasai, ego harus
berusahan mempertahankan diri. Secara tidak sadar, dia akan bertahan dengan
cara memblokir seluruh dorongan-dorongan atau menciutkan dorongan-dorongan
tersebut menjadi wujud yang lebih dapat diterima atau tidak terlalu mengancam.
2. Unsur-unsur Terapi
a. Munculnya Gangguan
Munculnya
masalah/gangguan, Psikoterapi berupaya untuk memunculkan penyebab masalah atau
gangguan itu muncul melalui intervensi yang ditinjau dari lingkungan,
kepribadian, faktor ekonomi, afeksi, komunikasi interpesonal dan lain
sebagainya. Dengan usaha lebih mengenal penyebab gangguan itu muncul klien
dapat memperkuat diri agar terhindar dari resiko yang tinggi dengan modifikasi
interaksi terhdap lingkungannya
b. Tujuan Terapi Psikoanalisis
b. Tujuan Terapi Psikoanalisis
· Membentuk kembali struktur
karakter individu dengan jalan membuat kesadaran yang tak disadari idalam diri
klien.
· Focus pada upaya mengalami
kembali pengalaman masa anak-anak.
c. Peran Terapis
· Membantu klien dalam mencapai
kesadaran diri, kejujuran, keefektifan dalam melakukan hub personal dalam
menangani kecemasan secara realistis.
· Membangun hubungan kerja dengan
klien, dengan banyak mendengar & menafsirkan.
· Terapis
memberikan perhatian khusus pada penolakan-penolakan klien.
· Mendengarkan
kesenjangan & pertentangan pada
cerita klien.
3. Tekhnik-tekhnik Terapi
a. Free Association (Asosiasi Bebas)
Sebuah
teknik sederhana terapi psikodinamik adalah asosiasi bebas di mana pembicaraan
pasien dari apa pun yang datang ke dalam pikiran mereka. Teknik ini melibatkan
seorang terapis membaca daftar kata ( misalnya ibu , anak dll ) dan pasien
segera merespon dengan kata pertama yang datang ke pikiran. Diharapkan bahwa
fragmen kenangan direpresi akan muncul dalam proses asosiasi bebas.
Asosiasi bebas mungkin tidak berguna jika klien menunjukkan perlawanan , dan enggan untuk mengatakan apa yang dia berpikir. Di sisi lain, adanya resistensi ( misalnya jeda terlalu panjang ) sering memberikan petunjuk yang kuat bahwa klien semakin dekat dengan beberapa ide direpresi penting dalam pemikiran nya, dan yang lebih lanjut diselidiki oleh terapis disebut untuk.
Freud melaporkan bahwa pasien bergaul bebasnya kadang-kadang mengalami seperti memori emosional yang intens dan jelas bahwa mereka hampir mengenang pengalaman. Ini seperti sebuah “kilas balik” dari perang atau pengalaman perkosaan. Memori stres seperti, begitu nyata rasanya seperti itu terjadi lagi, disebut abreaksi. Jika seperti memori mengganggu terjadi pada terapi atau dengan seorang teman yang mendukung dan salah satu merasa lebih baik - lega atau dibersihkan - kemudian, itu akan disebut katarsis.
b. Analisis Transference
Fenomena
Transference merupakan perasaan (positif dan negatif) yang dikembangkan pasien
untuk dokter kapasitas untuk insight. Psikoterapi singkat dan suportif
digunakan untuk semua kelainan psikiatri ringan.
c. Analisis Resistensi
Freud
memandang resistensi sebagai suatu dinamika yang tidak disadari yang mendorong
seseorang untuk mempertahankan terhadap kecemasan. Interpretasi konselor
terhadap resistensi ditujukan kepada bantuan klien untuk menyadari alasan
timbulnya resistensi.
d. Analisis Mimpi
Suatu
prosedur yang penting untuk menyingkap bahan-bahan yang tidak disadari dan
memberikan kepada klien atas beberapa area masalah yang tak terselesaikan.
Sumber
4. Gunarsa, Singgih D. 2007. Konseling dan Psikoterapi. Jakarta :
PT. BPK Gunung Mulia
5. Dr. Andrianto, Petrus. 1993. Catatan Kuliah PSIKIATRI. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC